Ini kataku.. kataKrisna.. semoga bisa berbagi info, ilmu, pengetahuan, dan pengalaman

Sabtu, 04 November 2017

Anakku Kena Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Apa sih ISK itu. Mungkin sudah mulai terdengar familiar istilah ini ya. Infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri.

Bagaimana bisa?
Hari itu, satu minggu lalu, Daru bilang pipisnya (dia sebut penisnya dengan sebutan pipis~buat pipis) terasa perih kalau saat pipis, terlebih  setelah pipis yang deras. Katanya, gara-gara naik pagar dan kepentok. Saya cek, tidak ada luka luar. Walaupun susah sekali ngeceknya, karena Daru panik, takut sakit dipegang.
Esoknya, dia bilang masih sakut, bahkan cukup rewel saat usai pipis. Saya mulai khawatir. Dan dia bilang kayaknya karena dia nahan pipis. Memang sejak dia sekolah, dia jadi jarang minum, dan takut pipis di sekolah. Mungkin dia belum nyaman, tapi ternyata kebiasaan baru ini menyebabkan hal yang serius.
Hari ketiga dia merasa perih di pipisnya. Saya putuskan bawa dia ke rumah sakir untuk bertemu dsa langganan dari sejak Daru lahir, siapa lagi kalau bukan dr. Srihati Dyah P, Spa alias dokter Dyah di rumah sakit Hermina Ciputat.
Penis Daru dicek, dan dokter bilang Daru fimosis, tapi dia tidak sulit untuk pipis jadi tidak perlu khitan darurat.
Dokter Dyah merujuk untuk cek urin screening dan kultur urin. Screening urin hasilnya 1 jam, sementara kultur urin paling cepat 5 hari, karena urin harus dibiakkan. Selang 1 jam dari pengambilan sample, hasil screening pun keluar. Hasilnya negatif, dan bagus. Tapi dokter Dyah masih ingin memastikan hasil kultur urin.
Seminggu kemudian, kami ambil hasil lab. Jeng jenggggg, hasilnya ada bakteri klebsiella pnumoniae. Artinya, Daru positif ISK. Saya langsung browsing. Ini adalah jenis bakteri gram negatif, yang lumayan kebal terhadap beberapa jenis antibiotik, karena dia bisa memproduksi enzim yang bisa melindungi dirinya (jadi tidak mudah dibasmi).
Lalu, dokter kasih antibiotik Cefila. Menurutnya, antibiotik ini bisa tahan terhadap enzim yang diproduksi si bakteri, semoga saja ya.
Saya dan ayahnya sempat bertanya dengan dokter. Tentang si bakteri ini, soalnya ada nama pneumoniae. Apa ada hubungannya dengan paru-paru? Karena saya sempat khawatir dengan batuk pilek Daru yang tak kunjung sembuh, dan beberapa referensi bilang ini bakteri bisa menyebabkan radang paru.
Dokter menjelaskan, tidak ada hubungan sama sekali, hanya namanya saja. Lalu, penyebab Daru terkena ISK, bisa jadi karena nahan buang air kecil dan kurang minum. Saya akui, sejak mulai sekolah, Daru lebih jarang buang air kecil, selama di sekolah dia tidak pernah mau buang air kecil, minumnya jadi sedikit. Nampakny, dia belum menemukan nyaman buang air kecil sendiri (tanpa diantar), jadi dia merasa khawatir (ketakutan berlebih-sifatnya Daru banget kalau ini).
Terapi antibiotik diberikan selama 1 minggu, lalu setelah 1 minggu dilakukan tes urin ulang, screening dan kultur urin. Jujur, biayanya tidak murah. Untuk screening di RS Hermina Ciputat harganya Rp 68.000, untuk kultur urin Rp 512.000. Lumayan sekali ya.. Kalau sehat, uangnya mending buat ke Ocean Park heheheh...
Oiya, dokter bilang ISK bisa menyebabkan berat badan tidak naik, atau stak, imun tubuh jelek jadi sering sakit, dan kalau yang nampak demam tinggi disertai rasa tidak nyaman saat buang air kecil. Jadi, bisa jadi Daru batuk pilek dan infeksi virus berulang karena imun tubuhnya yang jelek ulah si ISK ini, berat badannya pun belakangan turun terus. Saking khawatirnya, saya sampai mantoux Daru, hasilnya alhamdulillah bersih, bahkan kulitnya tidak memerah ataupun timbul.
Well, semoga setelah terapi antibiotik ini, Daru kembali sehat, imun tubuhnya membaik, dan berat badannya naik. Amin. [MK]

Rabu, 01 November 2017

Demam Batuk Pilek (episode ke sekian kalinya)

Sambungan dari urusan berobatnya Daru kemarin. Sebelumnya, saya menulis ini bukan maksud menjatuhkan pihak manapun, hanya berbagi pengalaman saja. Semoga cerita ini bisa bikin kita lebih kritis..

Jadi, kemarin akhirnya Daru dapet obat dari dokter di sebuah rumah sakit di bilangan Pamulang. Obat Ryvel, tau sendiri lah ya si obat anti alergi ini. Trus obat batpil yg lebih ke arah alergi (Alerfed), plus antibiotik (Cefadroxil). Dikasih antibiotik karena udah demam 3 hari dengan ingus yang udah makin beda dari ingus alergi. Saya dan suami tahu berul prosesur pemberian antobiotik, harusnya ted darah dulu setelah 3 hari demam, kalau memang bukan karena bakteri seharusnya tidak perlu. Tapi, pengalaman tes lab segala macam, sampai kemarin sudah tes mantoux, urin hasilnya selalu bagus, kami terima dokter kasih antibiotik tanpa uji lab dan kami juga kasihan Daru haru uji lab terus. Batuknya juga berat.

Dikarenakan selesai periksa udah malam, dan kebetulan bokap ikut, jadi saya sama anak-anak pulang duluan, suami yang nunggu obat.
Sesampainya pak suami dir rumah, ternyata Alerfed gak ada, jadi harus tebus di apotek luar. Dari rumah sakit, kita dapet copy resep 3 obat tadi plus keterangan dosis takaran minumnya. Cuma untuk antibiotiknya, tidak ditulis jelas, hanya ditulis minum 2x sehari.

Saya cek obat 1-1.. agak heran dengan takaran Cefadroxil, di botol ditulis 2x 1/4 sdt. Saya rada heran kok sedikit amat, kapan habisnya ini antibiotik kalau takaran minumnya segitu. Si suami jg blg, apoteker rumah sakit gak bilang apa-apa, cuma kasi obat yang udah dimasukin kantong (rada kesel sih gue, kenapa gak dibuka dulu trus tanya jelas). Secara kebiasaan kalau berobat ke Hermina (Ciputat), si apoteker akan buka dulu obatnya terus jelasin cara minum lagi (dulu sering saya anggap sepele urusan gini, pas ngalamin kejadian kaya gini, saya akuin ini kebiasaan yg baik buat rumah sakit, bahkan si apoteker akan tanya, "ada pertanyaan gak?"), entah di rumah sakit lain gimana saya kurang tahu karena selalu ke Hermina Ciputat, sempat ke Hermina Serpong pun, sang apoteker lakukan itu. Ini karena alasan cari rumah sakit yang dekat, coba ke rumah sakit lain malah begini.

Okelah akhirnya saya ikutin yg tulisan di botol. Terus, setelah saya kasih 1x, ya ada perubahan ingus lebih hijau *maap.. tapi entah kenapa demam masih muncul. Yang udah-udah, Daru pernah dapat antibiotik sekali minumin udah langsung adem badan si Daru. Istiqomah. Saya minumin lagi sesuai waktunya, dan sampai dengan tadi sore, udah 4x minum ternyata demam masi datang. Anehhh.. feeling saya kuat ke salah dosis antibiotik. Akhirnya saya buka buku berobat Daru, 3 bulan lalu sama dokter Dyah (dsa langganan dari Daru lahir, beliau di rumah sakit Hermina Ciputat) pernah di kasih Cefadroxil juga, dan saya ingat takarannya susah, sampai saya pakai sendok takar dan pipet. Saya lanjut buka-buka artikel tentang dosis takaran Cefadroxil.. nahhh kan dengan bb Daru harusnya dia minum 3,75ml sekali minum.. Saya kroscek ke tetangga yang apoteker senior di Satiti. Benar saja... dan di botol tulisannya 1/4 sdt itu sm dgn 1,25ml. Kejawab dong kenapa demamnya gak ilang-ilang. Gak sesuai takarannya.. dan takaran 1,25ml itu untuk bb 4,5-9,1kg.. hmmm human eror kerjaan apoteker kah?.. dan nampaknya dia nulis itu takaran minum yang ditulis dokter untuk Alerfed alias obat batpil alergi..krn di copy resep si Alerfed ditulis dokter 2x1/4 sdt.

Mari kita jadi ibu yang kritis. (mk)

My blog is my dairy

Susahnya buat konsisten nulis di blog!
Apasih kendalanya.... hmmm kayanya gara-gara terlalu mikirin isi blog yang ideal. Maunya isinya begini, begitu, kaya gini, kaya gitu, gaya tulis yang kaya si anu, bahasa tulisan yang kaya si itu. Ujung-ujungnya jadi males nulis.

Baiklah, mulai sekarang be my self. Apa adanya aja, ga usah konsep-konsepan. Semoga yang baca masih bisa paham hehehe..

Emang sih saya ini editor (mantan di kantoran, tapi kalau mau dikasi kerjaan freelance gak nolak kok, soalnya kadang emang masi ngerjain editan), tapi tolong biarkan saya bebas nulis dengan gaya saya di sini.. hmmm, jadi sadar, mungkin gara-gara sering ngedit tulisan orang jadi kehilangan gaya (gak natural) gitu buat nulis dengan gaya sendiri yang pada akhirnya jadi males nulis.

Pada dasarnya kalau nulis dairy, saya lepas banget. Apa aja ditulis, lah wong saya sendiri ini yang nulis hehe.. jadi saya mau konsepkan (eh kok balik lagi berkonsep, nanti jadi males lagi nulisnya).. niatkan deh, blog ini jadi dairy saya yang bolej dibaca orang banyak, supaya bisa berbagi cerita, ilmu (yang masi cetek), pengalaman, resep masakan yang anti gagal, tips, dan apa sajalah.

Boleh juga intip karya saya di http://marinakrisnawati.blogspot.co.id kalau yang di sini banyakan puisinya. Maklum dulu lagi puitis puitisnya heheh, masa muda, banyak galaunya. Sekarang udah punya anak udah jarang ngelamun, kebanyakan repotnya, jadi kurang puitis. Sebenarnya mau lanjut nulis di blog itu, tapi entah kenapa ga pernah berhasil log in. Hanya Allah yang tahu.. hehe

Kamis, 11 Mei 2017

Rak Buku dari Kardus


Bunda kece...

Pada punya kardus yang tidak terpakai?? Jangan buru-buru dibuang ya, apalagi kardusnya masih bagus kondisinya.
Saya punya kebiasaan nyimpen kardus bekas kemasan barang yang saya beli, tak disangka kebiasaan ini  nurun ke anak saya loh, hehehe... Oke, kita bukan mau bahas tetang kebiasaan ya, kita mau coba menyulap barang yang tidak terpakai (atau bingung mau dipakai untuk apa).

Saya dan anak pertama saya, kali ini membuat rak buku susun (level tinggi-- yang depan lebih rendah dari yang belakang) dari kardus yang hanya sembunyi di belakang lemari di gudang. Dan kebetulan, si kakak belum punya rak buku.
Persiapannya mudah kok, hanya perlu menyiapkan kardus yang tidak terpakai, cutter, gunting, lem tembak,   lakban, penggaris, pensil/pulpen, cat akrilik, dan kuas.

Pertama kita harus sudah merancang bentuk yang akan kita buat, lalu ukur dengan penggaris, dan potong kardus dengan cutter. Lalu lakban dan beri lem dengan lem tembak pada bagian yang diperlukan.

Jika sudah terlihat bentuknya, waktunya kita mempercantiknya, supaya tidak terlihat lagi gambar yang ada di kardus. Bisa menghias menggunakan kertas kado, atau bisa dengan cat akrilik. Kebetulan di rumah saya masih menyimpan cukup banyak cat akrilik sisa dari usaha lukis kaos dahulu :)
Kalau sudah selesai, masukkan deh bukunya. Dan sekarang, buku-buku sudah punya "rumah" baru. Jadi lebih rapi dan cantik, dan tentu mengurangi tumpukan barang bekas di gudang.

Coba saya tulis langkah-langkahnya ya.
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Potong kardus secara vertikal. Dari sisi kanan dan kiri. Jika sudah, tumpuk 1 arah menghadap ke atas, tujuannya untuk mendapatkan sekat antara 2 kompartemennya. Posisikan bagian belakang lebih tinggi, ini untuk mendapatkan levelnya. Potong kardus yang di depan seukuran sisi belakang yang kosong (bahasa mudahnya untuk ganjel level di belakang), lalu tempel terbalik. Lalu rekatkan dengan lakban. Hasil yang didapat adalah 2 bagian kardus tertumpuk, belakang lebih tinggi, dan paling depan belum ada penutup. Potong sedikit (dikira-kira aja ya bun) bagian atas kardus yang belakang, supaya tidak terlalu kepanjangan dan untuk digunakan penutup bagian depan.. kreasikan bentuknya ya bunda. Rekatkan dengan lakban. Ini dia tampilannya:


Terlihatkan kan tumpukannya dan semoga bisa kebayang :)
Tampilan bawahnya seperti ini:


Nah, bagian bawahnya memang tidak tertutup semua ya, karena yang bagian belakang di dapat dari potongan kardus yang dibalik. Perhatikan perlekatan lakbannya, yang bawah terbalik kan.


Oke, bentuknya sudah didapat. Lalu kita ke langkah selanjutnya.

3. Siapkan cat. Pakai cat tembok bisa juga, tapi saya punyanya cat akrilik dan cat textile (sisa jualan kaos lukis... hehe)


Jangan lupa libatkan si anak untuk ikut mengecat ya bunda.



Saya hanya punya 1 kuas besar, jadi si anak saya kasih kuas yang kecil saja, yang penting dia bisa ikut merasakan sensasi serunya mengecat.
4. Gunakan imajinasi Anda dalam mewarnainya ya. Selain pakai cat, bisa juga kalau pakai kertas kado. Jika sudah dicat, diangin-anginkan supaya kering. Dan jadilah hasilnya.


Jangan lupa untuk mewarnai juga bagian belakangnya, karena kalau tidak, gambar kardusnya kelihatan. Walaupun nantinya diletakkan di bagian tembok, tapi perlu juga tampil cantik. Dan berhubung cat putih saya yang untuk membuat hiasan kotak-kotak di depan masih sisa, saya gunakan untuk tulis nama anak saya :)


Dan kalau sudah kering, buku-buku bisa diletakkan di dalamnya. Anak senang ibu bahagia.


Semoga bisa menginspirasi bunda-bunda yang lagi kebingungan mau berkreasi. Dan jangan lupa, libatkan si anak untuk ikut berkarya, karena banyak hal baru yang dia pelajari di proses pembuatan kerajinan tangan ini, dan dia akan sangat puas melihat hasilnya. Biarkan dia bantu sebisanya, finishing tetap bunda yang lakukan. Seperti anak saya, dia baru kali ini memegang lem tembak, ada rasa penasaran dan takut, tetapi saya tetap menyuruhnya untuk mencoba. Begitu pula saat dia coba ikut mengecat kardusnya. Rupanya pastilah berantakan, tapi saya biarkan, kemudian saya finishing rapikan sambil memberitahunya yang benar. Jadi, kegiatan ini bisa menjadi sarana berkarya sekaligus belajar buat si anak. Selamat berkarya ! (MK)

Sumber foto: pribadi

Gelas Kotor Kinclong Lagi



Dear ibu-ibu, mbak-mbak, kakak-kakak, eyang-eyang.... yang lagi kesal sama gelas ataupun cangkir kesayangannya yang bernoda. Entah itu noda sisa kopi, teh, ataupun noda yang entah dari mana tapi cukup membuat gelas kesayangan Anda jadi tak indah lagi.

Jangan sedih, jangan kesal apalagi sampai membuang gelas kesayangan Anda. Karena dalam hitungan menit, gelas yang buruk rupa itu akan segera kinclong kembali. Bukan... bukan disulap, tapi Anda hanya perlu menyiapkan soda kue, cuka, dan spon kawat.

Kenapa harus soda kue? Nah, bagi yang belum tahu kegunaan soda kue  itu untuk apa, silakan browsing ya, amat banyak guna si soda kue ini terutama untuk masalah bersih-bersih.

Cara untuk membersihkan noda di gelas, pertama ambil sekitar 2 sendok makan (sesuaikan saja sama berapa banyak gelas yang mau dicuci) campurkan cuka hingga membentuk pasta (caira kental). Lalu ambil spon kawat, dan mulailah menggosok bagian yang bernoda. Gosoklah dengan bertenaga (tapi hati-hati jangan sampai pecah), gosok sampai si noda hilang, lalu bilas dengan air sampai bersih dan kesat, kalau digosok pakai jari sampai bunyi "cit... cit..." Dan tiriskan sampai kering.

Dan hasilnya, gelas kesayangan Anda kembali kinclong.. Selamat mencoba! (MK)

Sumber foto: pribadi

Sabtu, 06 Mei 2017

Jeniper dan Kecap

Cuaca yang tidak menentu, kadang panas terik lalu mendadak hujan, membuat kondisi tubuh mudah lemah dan terserang penyakit. Si karib batuk dan pilek yang biasanya hinggap. Kalau sudah begini, akan sangat terganggu dalam beraktivitas.
Mungkin beberapa orang dari kita akan segera minum obat ketika badan mulai pegal dan linu, bersin-bersin mulai muncul, dan tenggorokan terasa berat. Tapi, buat saya, jeniper dan kecap penyelamatnya. Siapa sih jeniper? Dokter pribadi? Atau obat paling mujarab?
Jeniper itu jeruk nipis peras... Memang bukan penemuan terbaru bahkan ini sudah menjadi resep turun temurun. Banyak dari kita juga sudah paham khasiatnya. Tapi mungkin, ada yang sudah tahu tapi tidak percaya khasiatnya, dan tetap minum obat. Ya, dulu saya salah satunya.
Saya memang sudah tahu bahwa jeniper ditambah kecap adalah obat batuk pilek, tapi entah kenapa saya pesimis karena pernah mencobanya tapi tidak sembuh juga. Pada akhirnya, ketika saya hamil dan mengalami flu yang sangat berat, kepala pun sangat pusing, badan rasanya tak karuan, bersin tak henti-henti, dan saya putuskan untuk meminum jeniper dan kecap. Kenapa? Karena saya anti minum obat ketika sedang hamil. Saya rutin minum campuran jeniper 1 buah dengan 1 sendok kecap yang diaduk rata, saya selalu minum seusai makan, karena kalau tidak, pasti lambung malah jadi korban. Jadi, begitu selesai piring nasi saya taruh di dapur, saya langsung peras si jeruk nipis dan campur kecap manis, lalu glek... rasanya enak kalau menurut saya. Tidak terlalu asam karena si kecap manisnya.
Lalu, apa hasilnya??? Saya benar-benar sembuh dalam waktu 4 hari. Akhirnya saya selalu gunakan ramuan ini saat badan mulai memberi sinyal akan sakit. Anak dan suami saya juga saya kasih ramuan ini. Tapi, untuk anak saya yang masih 4 tahun, tentu jeruknya hanya 1 iris saja.
Jeruk nipis dengan kandungan vitamin c alaminya membantu imun tubuh kita lebih kuat, sehingga tubuh kita bisa melawan virus. Kalau kecap, yang pasti untuk membuat rasa jeniper tidak terlalu asam.
Jadi, apa mau coba jeniper dan kecap? Atau tetap mengonsumsi obat? Ini pilihan ya, tapi buat saya, kalau bisa dengan bahan alami kenapa harus bahan kimia :)
Resepnya:
1 buah jeruk nipis, diperas di wadah (bisa cangkir) lalu campur 1 sendok makan kecap manis, aduk rata, lalu minum. Diminum benar-benar setelah makan berat ya, karena kalau tidak, takut lambungnya teriritasi sama asamnya jeniper. Jadi, kalau sehari kita makan berat 3x, begitu pula minum ramuan jenipernya, 3x sehari.
Kalau untuk anak-anak, cukup 1 iris jeruk nipis dan tambah kecap.
Yuk, coba yang alami. Semoga lekas sembuh. (MK)

Sumber foto: http://manfaatnyasehat.com/manfaat-dan-khasiat-jeruk-nipis-untuk-kesehatan/